Apakah kamu pernah merasa kesal karena sering dipotong saat sedang bicara? Jika ya, maka kamu tahu betul bagaimana menginterupsi bisa merusak komunikasi. Menurut para ahli komunikasi, salah satu kebiasaan paling mengganggu dalam percakapan adalah interupsi. Untuk itu, artikel ini akan membantumu mengenali cara berhenti menginterupsi agar kamu bisa menjadi lawan bicara yang lebih disukai dan hubungan pun jadi lebih kuat.
Kenapa Menginterupsi Itu Buruk?
Interupsi bukan hanya soal sopan santun, tetapi juga soal persepsi dan rasa hormat. Ketika kamu memotong ucapan orang lain, tanpa sadar kamu sedang menyampaikan bahwa pendapatmu lebih penting daripada milik mereka. Ini bisa membuat lawan bicara merasa diremehkan atau bahkan ditolak secara emosional.
Apalagi jika kamu sering melakukannya dalam rapat kerja, diskusi keluarga, atau percakapan dengan pasangan. Lama-lama orang bisa kehilangan kepercayaan dan keinginan untuk berbagi.
Penyebab Umum Seseorang Suka Menginterupsi
- Antusiasme Berlebihan: Kamu terlalu semangat ingin berbagi ide, sehingga tak sabar menunggu giliran.
- Ingin Diakui: Rasa takut kehilangan momen atau tidak dianggap bisa membuat seseorang menyela pembicaraan.
- Kurang Sabar: Terbiasa dengan percakapan cepat dan kurang latihan mendengarkan secara aktif.
- Tekanan Sosial: Ingin segera menyampaikan sesuatu karena takut lupa atau takut ide dicuri.
Cara Berhenti Menginterupsi dan Menjadi Pendengar yang Baik
1. Tentukan Target Harian dan Hadiahi Diri Sendiri
Catat berapa kali kamu menginterupsi dalam satu hari. Buat target (misalnya tidak lebih dari 5 kali) dan berikan hadiah kecil jika kamu berhasil. Ini adalah langkah sederhana tapi efektif membentuk kebiasaan baru.
2. Gunakan Pengingat Visual
Tempelkan stiker atau catatan kecil di meja kerja atau layar laptop bertuliskan “Dengarkan dulu!” atau gambar mulut tertutup dan telinga. Ini bisa jadi pengingat instan untuk tetap fokus mendengarkan.
3. Tulis Poin-Poin yang Ingin Disampaikan
Saat ikut rapat atau diskusi formal, tulislah ide yang ingin kamu sampaikan agar kamu tak merasa harus segera menyela. Setelah pembicara selesai, kamu bisa merujuk ke catatanmu dan menyampaikan ide dengan lebih tertata.
4. Diam Itu Emas – Gunakan Keheningan Secara Bijak
Kadang, diam adalah kekuatan. Dengan tidak buru-buru menyela, kamu memberi ruang pada orang lain untuk berpikir dan merespon dengan tenang. Ini akan membuatmu terlihat lebih bijaksana dan dewasa.
5. Latih Diri “Bite Your Tongue”
Saat merasa ingin menyela, coba letakkan lidahmu di antara gigi. Terdengar lucu, tapi ini ampuh untuk mengalihkan dorongan berbicara sebelum waktunya.
Faktor Budaya dan Interupsi | Kebiasaan Mendengarkan
Penting juga untuk memahami bahwa persepsi tentang interupsi bisa berbeda-beda antar budaya. Di budaya Mediterania seperti Italia, interupsi bisa dianggap sebagai bentuk ketertarikan dan antusiasme. Di Jepang, interupsi bisa dilakukan untuk meminta klarifikasi.
Namun secara umum di budaya Indonesia, memotong pembicaraan masih dianggap tidak sopan. Oleh karena itu, penting untuk beradaptasi dengan norma sosial yang berlaku dan tetap menjaga etika berbicara.
Jika kamu berada dalam forum yang beragam, cobalah komunikasikan batasanmu dengan sopan: “Boleh saya menyampaikan setelah Anda selesai? Saya khawatir lupa poin pentingnya.”
Latihan Praktis: Hitung dan Kendalikan Interupsi Harian
Hari ini, tantang dirimu untuk berbicara dengan tiga orang yang berbeda. Selama percakapan, hitung berapa kali kamu tergoda untuk menyela. Gunakan strategi di atas dan evaluasi di akhir hari. Tuliskan refleksi singkat: bagaimana perasaanmu? Apakah orang lain lebih nyaman?
Latihan ini tidak hanya membantumu mengenali pola interupsi, tetapi juga melatih empati dan pengendalian diri.
Kesimpulan
Cara berhenti menginterupsi bukan hanya soal menahan diri, tapi juga tentang membangun hubungan yang sehat dan menyenangkan. Ketika kamu memberi ruang kepada orang lain untuk berbicara, kamu menunjukkan penghargaan dan rasa hormat. Orang pun akan merasa lebih nyaman berada di dekatmu.
Berlatihlah setiap hari. Dengarkan lebih banyak, bicara seperlunya. Komunikasi yang efektif dimulai dari kesadaran diri.